Sultra.Sultratoday- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menggelar diskusi “ Accident Review Forum (ARF) dengan tema Keselamatan Pelayaran Pada Kapal Pengangkut Muatan Curah Padat Nickel Ore, kegiatan ini digelar guna meminimalisir Insiden pelayaran khususnya wilayah perairan Sulawesi dan Laut Banda, yang dilaksanakan di Aula Phinisi I Hotel Claro, Rabu, (16/06).
Keynote speech dalam kegiatan ini Ketua KNKT Dr.Ir. Soertjanto Tjahjono Bersama Jajarannya , Kasubdit Tertib Berlayar Dirjen Perhubungan laut KPLP capten Dedtri Anwar MM, dan dihadiri oleh Perwakilan BMKG Sultra Sugeng, Perwakilan Dinas ESDM Sultra dan Kepala Dinas Perhubungan Sultra.
Oleh soertjanto mengungkapkan bahwa insiden kecelakaan kapal curah padat khusus pengangkut ore nickel terbanyak berada diwilayah perairan laut banda sulawesi dan maluku utara, menurutnya hal ini disebabkan bukan hanya karena faktor cuaca, namun kesalahan prosedural layak berlayar juga menjadi faktor utama pada insiden tersebut.
” jadi kita menemukan beberapa kecelakaan dikapal yang berkaitan dengan masalah curah padat ini, termasuk bagaimana mengatur ditambang, dipelabuhan, dari saat ditambang sampai dimuat dikapal, sampai sudah tau hujan masih nambang terus akhirnya nikel ore kandungan airnya tinggi sehingga sampai dikapal dalam perjalanan terjadi likuifaksi, hal ini buat kapal oleng seperti yang dialami kapal Pengangkut nickel Nur Alliyah”, ungkap Ketua KNKT kepada awak media.
Lebih lanjut ia juga mengungkapkan insiden kapal curah padat diwilayah indonesia, tengah menjadi perhatian khusus oleh Organisasi dunia keselamatan kapal IMO (International Maritim Organization), tercatat negara indonesia merupakan peringkat ketiga pada insiden tersebut, dan menyumbang 7 Kecelakaan dari 10 yang tercatat secara Global.
” kita adalah negara paling berbahaya untuk angkutan Value, yang jelas, jadi kita tiga besar yang paling berbahaya ” dangerous nol operation in the world” , diumumkan, disidangkan, dan tujuh itu tenggelam karena berangkat dari wilayah indonesia, khususnya sebagian besar berangkat dari wilayah sulawesi dan maluku utara, ” pungkas ketua KNKT dalam pemaparannya.
” Investigasi kami bukan hanya dikapal saja, penelusuran kami juga sampai ke wilayah tambang, ternyata masalah sumber utamanya ada di, bukan dilaut, bukan diangkutan laut, tapi ditambangnya,” ujar soertjanto pula.
Terkait hal tersebut, dalam kesempatan lain ,Kasubdit Tertib Berlayar Dirjen Perhubungan Laut Kapten Dedtri Anwar MM , mengungkapkan untuk meminimalisir insiden pada kapal curah padat ini pemerintah setempat telah menerbitkan Peraturan Mentri (PM) 6 tahun 2021, aturan ini lebih spesifik mengatur tentang baik surat kepemilikan barang, sertifikasi Nahkoda Kapal, hingga Laboratorium serta lembaga sertifikasi.
” kemarin kita belum mempunyai PM curah padat, dan itu dipersyaratkan oleh IMO, institute itu mempersyaratkan harus ada , dan kita akan diaudit tahun 2023 nanti, apakah kita sudah ngatur, alhamdulillah kita sudah buatkan PMnya”, ujar Dedtri pula.
Dengan diterapkan aturan baru tersebut Soertjanto berharap kecelakaan berlayar khususnya kapal curah padat bisa diminimalisir dan bisa mengatasi kerugian material lainnya.
” saya harapkan ini juga harus menjadi warning teman teman dirjen laut, kita malu kalau disidang IMO itu, diceritakan kayak begitu, ini masalah KM Nur Allya jadi sorotan teman teman di IMO, “, ungkapnya pula.
Dalam kegiatan ini , turut hadir Kepala KSOP Se-sultra dan Sulteng serta Kepala KUPP se-Sultra, dan Perwakilan pemilik IUP dan BUMN Tbk, Virtue Dragon Smelter, IMIP smelter dan organisisasi pengusaha. (RN).