SultraToday.co.id.Jakarta – Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan optimis atas kinerja Sektor Jasa Keuangan (SJK), menunjukan trend positif di Tahun 2025. Hal tersebut diungkap Mahendra dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2025, pada pekan kemarin dijakarta.
Mahendra menjabarkan, mencermati prospek sektor jasa keuangan saat ini masih memenuhi kendala dan tantangan, akan tetapi optimis kinerjanya masih menunjukan hal positif di Tahun 2025 dan akan terus berlanjut
“ Kredit perbankan yang diproyeksikan tumbuh sebesar 9-11 persen, didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 6-8 persen. Di pasar modal, penghimpunan dana ditargetkan sebesar Rp220 triliun,” ungkap mahendra dalam keterangan lirisnya.
Trend postif lainnya, juga menunjukan pada piutang pembiayaan Perusahaan diproyeksikan tumbuh 8-10 persen, dengan mencermati kondisi penjualan kendaraan bermotor yang menurun. Aset asuransi diperkirakan tumbuh sebesar 6-8 persen. Aset Dana Pensiun diperkirakan tumbuh 9-11 persen dan Aset Penjaminan diperkirakan tumbuh 6-8 persen.
Mahendra mengatakan, sinergi kebijakan dengan berbagai pihak baik Pemerintah, otoritas moneter, industri jasa keuangan, para pelaku usaha,serta pemangku kepentingan masyarakat lainnya, diperlukan tidak hanya dalam konteks pencapaian pandangan kinerja SJK, namun dalam memaksimalkan kebermanfaatan SJK bagi perekonomian nasional.
Sementara itu , dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Januari 2025 menilai stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) terjaga stabil di tengah dinamika perekonomian global dan domestik.
Pertumbuhan ekonomi global Tahun 2025 diprediksi masih akan berada dalam level terbatas. Perkembangan terkini perekonomian global menunjukkan pergerakan yang cenderung sideways dengan aktivitas manufaktur dan perdagangan global yang menunjukkan pelemahan. Hal ini mendorong sikap bank sentral global yang sedikit dovish ke depan dengan mayoritas bank sentral menurunkan kebijakan suku bunga dalam tiga bulan terakhir.
Di Amerika Serikat (AS), perekonomian dan data ketenagakerjaan tumbuh solid dengan tekanan inflasi yang menekan perkiraan pasar akan memangkas Fed Fund Rate (FFR) lebih cepat. Meskipun kemungkinan pemangkasan pertama tahun 2025 di bulan Mei meningkat, namun pasar terus mencermati arah kebijakan Presiden Trump yang turut mempengaruhi kenaikan volatilitas pasar dan ekspektasi inflasi.
Sementara di Negara Tiongkok, pertumbuhan ekonomi tercatat tumbuh 5,4 persen dari tahun ke tahun atau years on years (yoy), di atas ekspektasi pasar seiring peningkatan pada sektor real estate dan jasa keuangan. Namun, permintaan masih cenderung tertahan ditunjukkan dari data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mencapai 0,2 persen dan Indeks Harga Produsen (PPI) yang terus mengalami kontraksi. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor mendorong surplus neraca perdagangan yang tinggi dan mencapai USD992,16 Miliar sepanjang tahun 2024.
Dari sisi domestik sendiri , kinerja perekonomian terjaga stabil sepanjang tahun 2024 perekonomian tercatat tumbuh 5,03 persen. Tingkat inflasi headline (CPI) stabil di level 1,57 persen yoy dengan inflasi inti 2,26 persen yoy . Surplus neraca perdagangan juga berlanjut dan cadangan devisa meningkat. Sementara itu, PMI Manufaktur tercatat stabil di zona ekspansi.